Saat lulus kuliah, yang terbenak di kepala adalah ingin menjadi pekerja yang baik, bisa sejahterahkan keluarga itu sudah cukup. Ketika sudah kerja, ingin sekali punya dampak untuk orang banyak.

Bulan September 2019, saya sudah niat sekali ingin mengambil sertifikasi keguruan untuk bidang teknologi ceritanya. Riset sana-sini, tanya teman-teman yang tahu banyak tentang itu, Dengan niat yang sangat kuat ceritanya untuk alih profesi ke guru SMK. Tidak lama setelah itu, dosen saya dulu menawarkan untuk menjadi asistennya, ya asisten dosen di salah satu Universitas hitz di Jakarta. Alhamdulillah, bak pucuk dicita ulam mendatang kataku. Iya, ini hanya sampingan, pikirku menjadi asisten dosen adalah sebuah cara untuk latihan self improvement yang baik. Beberapa minggu sebelum kuliah dimulai, dosenku mengabariku ternyata kelas yang beliau pegangterlalu banyak dan sedikit kewalahan, jadilah aku memegang amanah yang cukup mengejutkan, Dosen Praktisi dengan kontrak, yang masih harus bolak balik ke kantor juga. Jika kamu ingin atau akan mengalami hal yang sama, coba beberapa caraku ini.

Jadi Dosen Itu Nggak Cukup Ahli Aja

Buat yang sudah pernah mengenyam pendidikan keguruan, mungkin paham betul bagaimana cara mendidik orang. Tapi buatku, ini seperti tantangan baru. Harus menghadapi pemikiran mahasiswa yang kritis, apalagi mereka hanya berjarak 3-5 tahun dibawah saya. Saya justru belajar dari mereka, ketika mendidik bukan saja kecerdasan intelektual saja yang diperlukan. Ada yang disebut dengan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosi berperan penting dalam memotivasi mereka untuk tetap semangat dalam belajar. Contoh kasus begini, saya menerima pengakuan salah satu mahasiswa di kelas, bahwa tidak suka mata kuliah ini, dan tidak akan bisa, maka seluruh tugasnya akan dikerjakan oleh temannya. Di awal pertemuan yang membuat saya sangat terkejut. Mungkin bisa saja saya mengancam dengan nilai, karena yang sudah-sudah seperti itu ya, angka bisa menjadi award tapi juga bisa menjadi ancaman. Dan ini yang membuat saya kembali berpikir dan mengatur emosi saya, bukan pilihan terakhir yang saya mau, saya hanya ingin angka itu menjadi award saja, cukup. Akhirnya peran emosilah di sini ternyata benar-benar sangat penting. Meski saya paham, tidak harus kita ahli di semua bidang yang kita pelajari di masa kuliah. Saya memutar otak, banting setir strategi pembelajaran dan segala cara saya coba lakukan.

Harus Tegas tapi Humoris, Berteman Baiklah ke Siapapun

Berbeda sekali jika mengajar harus disamakan dengan berbicara mengisi seminar. Beberapa kali saya mengisi seminar, saya hanya bertemu sebentar dengan audiens, hanya sedikit kontak batin yang terjalin. Kehidupan di kelas jauh dari itu, setiap minggu selama 2 jam dikali 3 kelas saya harus berdiri di depan mereka, menghampiri satu persatu memastikan kelas saya bukan kelas yang sia-sia untuk mereka. Tidak jarang saya duduk di samping mereka dan menghafal namanya satu per satu. Ternyata cara sederhana itu cukup ampuh ketika kita bisa menghafal nama mereka, mereka akan merasa menjadi mahasiswa yang dihargai dosennya, dan mereka akan memperlakukan hal itu kembali karena tidak jarang ada yang begitu senangnya ketika saya mengingat namanya. Selebihnya, humble, jadikan mereka teman baik. Tidak perlu banyak kata-kata motivasi, Mengerjakan hal baik atau bercerita tentang apa-apa saja yang sudah kita lakukan di depan mereka bisa menjadi daya inspirasi bahkan kekuatannya bisa lebih kuat daripada motivasi. hehe…

Intonasi harus jelas, story telling, sedikit humoris dan berstruktur. Ini standar public speaking di depan orang banyak yang harus diterapkan juga di kelas.

Tak kenal maka tak sayang, sebuah peibahasa yang cukup meng-cover kasus ini

Di Kelas ini Bukan Kompetisi, Ini Waktunya Kolaborasi. Termasuk Saya

Lagi-lagi saya tidak ingin menerapkan kelas yang penuh suasana was-was, membuat mahasiswanya minder merasa paling buruk, merasa paling baik, atau memecahkan suasana kelas dengan mencelakakan temannya sendiri. Terlihat berlebihan ya, tapi itu nyata. Ketika UTS tiba, adalah titik evaluasi bagi saya. Saya melihat betul bagaimana cara mereka mengerjakan tugas, ada yang saling menyalahkan, ada yang sudah paham tapi tidak mau berbagi, bahkan ada yang sengaja salah memberikan informasi ke temannya. Saya paham, di saat kondisi ini pasti banyak yang segan untuk bertanya langsung kepada dosennya jika masih ada yang tidak dipahami. Apalagi kalau mereka benar-benar tidak paham, antara malu dan takut. Kita perlu tahu, manusia itu ada yang bisa cepat dalam menangkap hal tertentu, namun ada juga yang tidak. Hal-hal seperti inilah yang menjadi bahaya jika tidak bisa dimaklumi. Pendidik di Indonesia tidak jarang yang justru ketika mengulang harus melemparkan nada tinggi sampai ujaran kebencian ke muridnya. Padahal, tidak mengerti itu sesuatu hal yang sangat lumrah. Jangan buat mereka takut. Hal itu yang pernah saya alami saat SD dulu, ketika bertanya, justru saya malah dibentak habis-habisan, saya dibilang tidak mendengarkan. Padahal saya selalu berusaha keras mencerna pelajarannya. hehe…

Ada-Ada Saja… Jangan Gegabah, Pahami dulu.

Di bagian akhir cerita ini saya akan bercerita tentang, sesuatu yang bisa saja terjadi, sama sekali tidak terpikirkan. Akan ada di mana kita melihat kejadian-kejadian yang mengharuskan kita untuk siap apapun yang terjadi, termasuk ketika ada situasi yang cukup mencengangkan. Saat aksi besar-besaran mahasiswa se-Indonesia beberapa bulan lalu, dosen justru dituntut mahasiswanya untuk menutup kelasnya, mereka ingin turun untuk aksi. Ditambah anak-anak di kampus ini menerima untuk membantu untuk menjadikan kampusnya salah satu tempat yang menampung mahasiswa lain untuk beristirahat, bahkan menginap karena lokasi kampus yang sangat dekat dengan lokasi aksi. Merasa memiliki tanggung jawab besarlah mereka melihat situasi ini. Lagi-lagi mereka ini benar-benar cerminan masa lalu saya yang memilih untuk aksi turun ke jalan dari pada mengikuti kelas yang berlangsung. Tapi bagaimana rasanya dosen diperlakukan seperti itu di kelas? yang sudah merelakan jam kerjanya, merasa tidak dihargai? jelas, ditambah kekhawatiran akan ancaman keberlangsungan nasib dosen dan kampus di mata pemerintah. Mungkin itu ya pentingnya kita punya banyak pengalaman. Dari pengalaman yang saya rasakan dulu, saya tahu gerakan seperti ini tidak mungkin bisa dicegah. Serba salah, sangat jelas. Tapi akhirnya saya memberikan pemahaman kepada mereka,

Jangan pernah jadikan ini sebagai alibi sampai memanfaatkannya untuk tidak masuk kelas, aktivis itu memiliki sifat tanggung jawab yang besar. Saya tidak akan menutup kelas hari ini, akan tetap ada materi dan tugas, selesaikan besok. Dan kembalilah ke jalan, silakan kritisi yang kalian anggap salah, jaga diri dan nama kampus baik-baik.

Selebihnya, untuk resiko saya sendiri. Saya serahkan pada Yang Maha Kuasa. Di sinilah pentingnya sepiritual kita. Percayalah banyak hal yang tidak bisa dikendalikan manusia.

Hasil yang Baik

Jika di awal saya sangat pesimis dengan hasil akhir mereka, ternyata di antara mereka banyak yang membuat saya bangga, tugas riset hingga praktek dikerjakan dengan baik. Tidak henti-hentinya mereka mengucapkan permintaan maaf dan terimakasih di aplikasi chat saya. Terharu, lega, bangga, dan siap untuk kelas selanjutnya. Bisa menyambungkan satu persatu pola pemikiran mereka justru malah menjadi pelajaran sendiri buat saya, memacu saya untuk belajar lagi, bikin-bikin jurnal lagi dan berkarya lagi. Thanks Guys!

39 Replies to “Pengalaman Mengajar, Mendidik Bukan Sekedar Menyampaikan Kurikulum”

  1. Pengalaman baru kaya pembelajaran hidup ya Kak Okta. Tips kerennya bisa juga lho diterapkan untuk mereka yang related seperti trainer, cd atau co worker dsb. Terimakasih kak

  2. Calon dosen idola mahasiswa ๐Ÿ˜€
    Pas kuliah, dulu pernah jadi asisten dosen utk matkul pratikum. Pendekatan dengan mengenal dan mengingat nama-nama mahasiswa itu memang lebih efektif. Tidak hanya di kelas, ketika di luar kelas bisa jalin komunikasi, walaupun cuma say hello. Kalau sudah saling kenal bakal lebih mudah dan menyenangkan.

    Makasih okta untuk cerita pengalamannya. ๐Ÿ™‚

      1. Wah pengalaman ya kak jadi dosen muda. Emang untuk masuk dunia mhsiswa kita hrs turba menyelami pola pikir dan kebiasaan yg sdg trend di kalangan mhsiswa tujuannya spya nyambung klo pas ngomong kasih materi pembawaan dan gaya bahasa busa sersan serius tp santai jd mhsiswa bisa nyambung dan tetap hormat sama dosennya. Selamat menikmati jadi dosen muda ya kak..

      1. Wah pelangalaman yang sangat berharga. Dan Kak Okta pun punya pengalaman diposisibyang sama dalam kasus tertentu, menjadikan Kakak mengerti dan memakhlumi situasi, serta mencarikan solusi jalan tengah.

        Pengalaman adalah hal yang sangat berharga, dan menambah pengalaman baru menjadi dosen kecil kecil memperkaya pengalaman kaka. Selamat berkarya Kak!

  3. Duh, muridnya bu dosen yg bening ya #salfok

    Anyway kalau baca kisah ini jadi pelajaran para mahasiswa bila di kemudian hari mereka berada di posisi Ota skrg. Hehe..
    Tetap semangat!

  4. Wahh keren banget udah jadi dosen, tantangannya banyak sekali ya senengnya bisa dapat menjadi manfaat bagi banyak orang, pasti ada yang suka maupun tidak suka ya kalau jadi dosen dengan ulah orang yg berbeda. . Aku pengen banget bisa buka usaha yang bisa untuk menjadi lapangan buat orang lain tapi belum terealisasi mau menciptakan lapangan kerja seperti apa.

    1. Waah, iya kak apapun jalannya yang penting niatnya baik, niat dulu aja kak. nanti insyaallah ditunjukin jalannya huehehe

    1. saya awalnya gitu kak, apalagi kalo ada yang mulai gak fokus, udah mati gaya deh kita wkwk

  5. Waaah, semangat. Mengajar itu menyenangkan kok. Dulu awal-awal ngajar, aku juga deg-degan. Tapi lama-lama jadi ketagihan. Memang sih, beberapa kelas kadang bayarannya gak masuk itungan karena memang iurannya juga kecil, tapi asik-asik aja tuh.

    Mungkin karena lebih ke arah hobi ya kalau mengajar itu. Jadi, bawaannya ya senang aja gitu.

    Btw, judulnya ini maksudnya: Kecil-Kecil Jadi Dosen kali ya ๐Ÿ™‚

    1. Waha iya kak abis gimana ya, mau dibilang jadi dosen, sampe sekarang masih mikir belom “jadi jadi” Banget ๐Ÿ˜… eh gimana ya maksudnya. Kaya cuma sharing aja, malah saya ngerasa lagi kuliah cuman bedanya tiap hari presentasi terus ๐Ÿ˜‚

      1. Keren banget kak, masih mudah udah bisa jadi dosen.. Dosen milenial yang mengerti cara berfikir mahasiswanya, semoga selalu dilancarkan mengajarnya dan diberikan kemudahan untuk berbagi ilmu kepada mahasiswa nya kak โ˜บ

  6. Kak kamu dosen di UAI?

    Sejauh ini sudah berapa mahasiswa yang ngegombalin kamu kak? Hahaha

    Kalau kamu dosen aku dulu, udah jadi dosen fav aku deh hahaha. Baik pisan. Saya suka terharu sama dosen2 yang baik, apalagi baik ngasih nilai A ๐Ÿ˜น

    1. Padahal udah aku sensor nama kampusnya, disebut juga ๐Ÿ˜… sejauh ini aman malah dosen2 nya yang gombalin ๐Ÿคญ

  7. Wahh seru banget ini jadi dosen milenial… Belum cocok dipanggil budos… Lebih ke kakdos kali ya… Hehehe…. Dulu aku sempet jadi asdos juga… Dan panas dingin di dpn mahasiswa… Hahaha… Semangat trus ngajar nya KadDos….

  8. Duh kakak dosen, asik banget punya dosen kaya okta. Tapi yang paling bangga pasti dapet hasil yang baik ya.

  9. Wow keren. Memang tidak mudah ya menjadi pengajar. Terlebih murid kita adalah remaja yang notabene pribadinya sudah mulai terbentuk.
    Sukses terus ya…

  10. Waaah dosen mudaa keren asli. Menurut aku buat ngajar itu emang benerยฒ perlu kesiapan lahir batin memang. Aku pernah ngajar anak SMA aja rasanya begitu apalagi ini mahasiswa pasti lebih nano-nano lagi rasanya. Dan bener pas ngajar itu kita jg yg belajar banyak hal. Sukses oktaa ditunggu sharingยฒnya yang lain yaa

  11. Salut bangt kak, ini sih jadi dosen idola baiknya kaya gini. Gabakal takut kalau mau nanya juga. Sukses terus kak okta, menginspirasi banget ceritanya.

  12. Walau nama kampusnya didamarkan, tapi aku tau dari clue yang sudah diberikan haha.

    Pengalaman seru ya kak, jadi dosen hehe. Good luck kakk

  13. Kecil kecil jadi dosen justru lebih seru sih menurut aku. Dapet cari masuk ke mahasiswa. Ya kayak kamu gini. Ga akan tuh dijauhin sama mahasiswa karena minta tugas ditulis di kertas A4 misalnya sementara tugas itu banyak minta ampun.

    Menurutku, jadi pendidik itu seru dan mengagumkan. Cuma kalo aku belum mampu. Goodluck okta

  14. Bu Dosen yg selisih umurnya ga beda jauh dengan mahasisiwanya malah bisa jadi teman dan bisa lebih paham karakter mereka ya…semoga bisa menjadi dosen yang gue banget buat para mahasiswanya jehehe..gudlak Okta!

  15. Waaah sesuatu banget pasti jadi dosen ya kaa, mengajari orang orang yang sudah dewasa secara pikiran dan tingkah laku. Jadi inget dulu jaman jd asisten praktikum, haha ada rasa deg2annya karena bertanggung jawab mengajarkan ilmu pada mereka termasuk mengatasi pemikiran kritis mereka. Semoga dilancarkan ya ka pencapaian jadi guru/dosennya.

  16. Luar biasa kak okta kecil-kecil sdh jadi dosen, oh iya kan umur nya hanya beda 3-5 tahun sama para mahasiswa. Mereka pasti anggap dosen nya sebegai teman yaa. Setuju juga sih sama kalo ngajar emosi harus di control ya kak, harus bisa menguasai keadaan. Apalagi kalo lagi ngajah gini ya.. Sukses selalu yaa kak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *