Mengawali bulan yang baru rasanya tak cukup jika hanya membuat rencana-rencana baru ke depan, terkadang saya membuat refleksi diri juga kepada diri saya, kenapa saya bisa seperti ini sampai hari ini, kenapa pikiran saya terpola seperti ini, kenapa kehidupan saya jalannya seperti ini dan lain sebagainya.
Dibalik itu semua saya teringat banyak hal yang membuat diri ini begitu kuat dengan prinsipnya, ya ada dua buku yang saya baca di tahun 2019 lalu. Awe Inspiring me dan Awe Inspiring Us. Meskipun banyak sudah buku bacaan yang sudah saya baca, ntah kenapa isi dari buku ini begitu membekas di hati saya sampai hari ini. Saya merasakan Dewi Nur Aisyah menulis buku autobiografi ini dengan bahasa yang ringan, lugas dan sangat mudah dipahami, begitu pas untuk saya yang saat itu sedang sibuk-sibuknya mencari jati diri. Penulis hadir dengan kisahnya yang menginspirasi, dan membawa pembaca untuk bisa hidup lebih baik lagi.
Awe Inspiring Me
“SEORANG MUSLIM BERTANGGUNG JAWAB PENUH TERHADAP SETIAP LANGKAH DAN PERBUATANNYA, SETIAP WAKTU YANG DIPERGUNAKANNYA, DAN SETIAP KATA YANG DIUCAPKANNYA”
Begitulah salah satu kutipan tegas, lugas yang disampaikan penulis dalam bukunya
Sebelum membaca buku ini, saya sering banget baca artikel di blog mba Dewi , sampai penasaran dengan isi bukunya secara lengkap. satu persatu saya koleksi semua bukunya dari Awe ansome me, Shaliha mom’s Diary, dan buku terbarunya Awe Ansome us. Seperti ada angin segar yg ditiupkan dr tiap tiap halamannya, rohani mapun semangat belajar sy seakan ter-charging secara otomatis.
Beberapa pesan yang beliau sampaikan adalah, Manusia tidak pernah lepas dari fitrahnya, apalagi wanita. Tak bisa dipungkiri jika banyak membahas tentang isu kewanitaan, yang mengatakan bahkan merasa gerak kita akan terbatas ketika telah berkeluarga, tapi diluar dari asumsi itu, sesungguhnya wanita masih bisa berkarya dan berdaya. Hal yang paling penting adalah management waktu yang digunakan harus baik dan disiplin, kitapun harus punya tujuan yang jelas dan sebaik baiknya tujuan adalah menggapai Ridha Allah sebesar besarnya.
Dalam bukunya yang berjudul Awe Inspiring Us, Mba Dewi mengajak para pembaca untuk bisa terus berkarya, terutama ketika belum berkeluarga, memberikan sumbangsih ide dan kreativitas yang bisa memberikan kebermanfaatan melalui inovasi-inovasi di tengah masyarakat. Mba Dewi memberikan banyak contoh yang sudah beliau kerjakan. Seperti mengikuti banyak kompetisi, penelitian, membuat bank sampah di daerahnya, hingga pelayanan gizi. Mba Dewi juga banyak memberikan tips untuk bisa mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.
Awe Inspiring Us
Di bukunya yang ke-3 mba Dewi ini lanjutan kisah perjuangannya mba Dewi ketika telah berkeluarga, beliau tidak hanya menceritakan kisahnya saja, tetapi juga bagaimana anaknya yang turut berjuang bersama ibunya, suaminya yang terus mendukungnya, kerja sama di antara anak dan suaminya, hingga mengelola berbagai ujian yang datang bertubi tubi menghampiri keluarganya.
Mba Dewi menjelaskan bahwa, Benar apabila ada yang mengatakan “berjuang tak sebercanda itu”. dalam ikhtiar dan berjuang akan banyak proses proses yang tidak sesuai dengan rencana, ini bukan tentang-kita yang memang tidak bisa. namun Allah-lah yang memampukan kita. ini bukan hanya tentang usaha-usaha zahir yang ditempa, namun melibatkan Allah dalam setiap aktivitas kita.
Bicara tentang wanita pula tak lepas dari anak, Bagaimana caranya mendidik anak agar menjadi anak yang shalih dan shalihah? di sini kita sering lupa bahwa anak adalah cerminan orang tuanya, bayangan dari orang tuanya. Mba Dewi juga mengibaratkan, bagaimana bisa bayangan akan terbentuk luras sementara bendanya bengkok? maka begitu penting pula kita menyadari betapa pentingnya hal ini, menjadikan pribadi kita untuk menjadi pribadi yang shalih adalah begitu utama, sebelum akhirnya berharap anak-anaknya menjadi pribadi yang salih pula.
Buku Awe Inspiring Us ini menyiratkan bahwa bersama dengan keluarga, akan lebih banyak manfaat yang tercipta. Saat kata aku dan dia menjelma “Kita”, akan lebih banyak kebaikan yang dikerjakan. Keluarga hakikatnya adalah ajang untuk saling berlomba, melejitkan potensi bersama-sama. Bergenggaman tangan menuju visi yang sama, bahu-membahu mengejar surga-Nya.
Baca – baca buku pemberdayaan diri kayak gini yang dikemas dalam bentuk autobiografi emang enak sekaligus berfaedah ya..hehe.
Dari buku – buku kayak gini, bisa dapet “contekan” buat nyelesaiin permasalahan hidup kalo seandainya nanti ketemu masalah yang sama persis sama masalah si penulis dan bahkan dari buku – buku kayak gini juga bisa memperluas sudut pandang karena bisa tahu “sesuatu” di level kehidupan yang kadang kita sendiri belum sampe di level kehidupan itu..
Semisalnya si penulis cerita tentang perjuangannya dalam berkeluarga dan mengasuh anak, ini bisa kasih insight buat pembaca yang kebetulan masih kuliah atau bahkan masih sekolah yang tentunya masih jauh buat ada di level itu..
Btw, nice sharing, okta!
membangun rumah tangga emang harus bisa melepas ego nih ya mba, dari aku kamu menjadi kita, semuanya jadi kerjasama semua pihak dalam rumah tangga, suami-istri, orang tua dan anak. Tumbuh kembang dan karakter anak juga banyak bergantung sama cara didik dan ilmu yang diajarkan sama orang tuanya
Setuju banget sama pernyataan kalau anak itu cerminan orang tua. Jadi peran orang tua sangat besar dalam menciptakan pribadi anak kelak…meskipun belum pernah baca bukunya, kelihatan kalau sang penulis, mba Dewi, menghasilkan buku ini dari pengalamannya langsung ya, jadi berasa lagi denger cerita orangnya langsung.
penasaran sama mba dewi jadinya….and jeng jeng…perempuan luar biasa, cerdas memanfaatkan waktu, masyaAllah
thankyou sharingnya beb, mau masukin list bacaan sepertinya nih